Pada
tanggal 13 januari 1986 lahirlah seorang bayi yang mungil, imut, dan lucu yang
menggemaskan setiap orang yang melihatnya. Ia lahir pada malam hari dan
tepatnya pada malam isnen kalau orang melayu dulu bilang, akan tetapi orang
melayu pada zaman ini mengatakan pada malam hari senen dini hari jam 21.03 wib.
Di sebuah kota yang strategis dan yang mana masyarakatnya hidup rukun, tentram,
aman dan bersahaja yaitu di Muara Musu Barat. Dan ia dilahirkan dirumah nenek
dan kakek sebelah pihak ibu yang mana nenek bernama Nur Laili dan kakek bernama
Muhammad Zen.
Sebelum
si anak bayi kecil yang mungil dan lucu ini lahir kedunia ada yang sangat
kejadian yang sangat aneh menjelang kelahirannya yaitu semua binatang buas
memekik dan mengaum yaitu harimau selalu memekik dan mengaum .
Sampai
proses persalinannya selesai dan bahkan konon kabarnya dari seorang nenek yang
bernama Nur Laili yaitu ibu dari pada mamanya si bayi itu berkata : “harimau
itu memekik dan mengaum terus sampai siang (subuh)’’. Kata nenek Nur Laili.
Dan
proses persalinanannya sang ibu di bantu oleh seorang bidan kampung yang sudah
mahir dalam membantu para ibu-ibu yang ingin melahirkan dikampung itu ia
bernama Nur Asiah, pas pada hari hujan deras dan petir menyambar, nah, pada
waktulah sakit perut si ibu bayi ini mulai dan harimau memekik dan mengaum di
samping dan belakang rumah itu, namun setelah
banyak rumah bidan kampung yang
dimintai tolong tapi bidan-bidan kampung yang lainnya pada tak mau atau
ada yang udah berjanji.
Jadi
ketika itu nenek itu pergi kerumah nenek Nur Asiah untuk minta tolong dalam
proses kelahiran si bayi itu, tapi pada saat itu si nenek lagi sakit gigi dan
leher. Tapi karena si nenek Nur Laili ini sudah gelap-gelapan dan memohon
tolong padana maka ia pun mengambil payung dan pergi mengikuti si nenek bai
tersebut untuk menolong proses kelahirannya bayi tersebut.
Dan
setelah sampai dirumah atau ditempat si ibu bayi tersebut maka ia pun
mengatakan bahwa ia akan membantu proses persalinannya asalkan ia didampingi
dan di tolong agar prosesnya berjalan dengan selamat, dan ketika mengadakan
proses persalinan maka tiba-tiba tanpa sengaja dan atas pertolongan-Nya untuk
proses persalinan si bayi itu maka sakit yang ada padanya tadi hilang dan
sembuh seketika karena kekuasaan dari Ilahi Rabbi Ya Karim.
Dan
setelah proses persalinan berhasil dan keduanya selamat maka sibayi pun di
adzankan olehnya (sibidan kampung) dan kemudian dimandikan dengan air panas
kuku dan setelah itu di bedung dengan kain panjang. Kemudian diadzankan lagi
pada telinga sebelah kanan dan kirinya di iqomahkan agar si anak tersebut
menjadi anak yang sholeh dikemudian hari dan mau menuruti kata-kata yang baik
dan alim.
Al
kisah setelah beberapa hari kemudian setelah berumur 3 hari atau mungkin 7 hari
maka diberikanlah bayi itu gelar atau nama yaitu ZULFAHMI yang mana dengan nama
tersebut ia akan menjadi anak yang cerdas dan berguna bagi nusa dan Negara.
Setelah
dikaji-kaji nama yang diberikan tersebut pada orang-orang ‘alim maka ternyata
namanya itu adalah sebuah petuah yang menakjubkan sekali yang mana mempunyai
arti “ZUL” artinya “MEMPUNYAI” dan “FAHMI” artinya “PEMAHAMAN”. Dan ketika
digabung kalimat keduanya maka sempurnalah sudah yaitu “ZULFAHMI” yang artinya
yang “MEMPUNYAI PEMAHAMAN”.
Ia ini
mempunyai wajah yang rupawan yang membuat orang-orang disekelilingnya jadi tak
mau berpisah dengannya walaupun sehari saja. Dan pada waktu dia dilahirkan
kedunia ini tiada seorang lelaki pun yang ada dirumah tersebut melainkan nenek
dan ibunya serta makciknya ang masih kecil saja, nah sampai suatu sore barulah
kakeknya dating dan menggendongnya kegirangan karena telah mendapatkan cucu
laki-laki.
Dan
pada hari selasa zuhurnya maka ayahnya pun datang dan membawa makanan pisang
dan sesampaina di rumah ia terkejut melihat sang anak. Lalu ia berusaha untuk
mengambilnya namun ia tidak bisa atau tidak pandai, maka diletakkanlah bayi
tersebut dipangkuannya dan jika lelah maka bayi tersebut pun di ambil lagi dari
pangkuannya dan di letakkan lagi di tikarnya.
Dan
didalam keseharian yang dijalaninya terasa indah dan menyenangkan sekali. Dan
tiap malam rumah sijabang bayi tersebut di terangi dengan lampu togok (lampu)
agar katanya hatinya selalu bahagia dihari depan. Dan agar ia di hari depan
melihat keterangan yang baik dan masa depannya cerah gemilang dalam mencapai
cita-citanya dikampung halaman maupun di negeri orang.
Dan pada
suatu sabtu maka si bayi tersebut kedatangan dua orang tamu yaitu tak lain
adalah kakek dan neneknya yang di Surau Munai datang untuk melihatnya dan
mereka pun bermalam atau menginap, dan mereka berkumpul dirumah nenek dan kakek
ang dimana seorang bayi mungil ini dilahirkan mungkin karena kegirangan atau
terlalu bahagia maka mereka memberikan si cucu kain panjang dan baju yang baru.
Al
kisah maka tersebutlah kisah bahwa dari proses tengkurap, kemudian proses meluncur,
dan kemudian proses merangkak, hingga sampailah pada proses duduk seorang
(duduk surang) maka si anak ini dibelikan kalung dan cincin emas, jam tangan,
dan sepatu kulit dan ia juga dibelikan tempat duduk 2(dua) buah ang satu untuk
di kereta atau di sepeda dan yang satu lagi untuk dirumah. namun konon
ceritanya disamping ia dipakaikan kalung emas ia juga dipasangkan sebuah kalung
pusaka yang terbuat dari tampuk labu cino.
Setelah
ia berumur sekitar lebih kurang 3 tahun maka mereka pun dibawa pindah ke kampong
halaman bapaknya yaitu Surau Munai dan disana mereka tinggal dirumah kakek yang
disana yaitu bapak si ayah yang bernama Muhammad Nur Wahab Dan nenek bernama
Tajunah.
Dan
setelah beberapa hari tinggal disana kami hidup rukun dan juga merasai yang
namanya hidup bahagia, tapi konon ceritanya yang dapat dirangkum dari
orang-orang yang ada disekeliling rumah nenek itu mengatakan yaitu bahwa bibi
atau makcik biso dan sering malasan saat sibayi menangis untuk mengambil sibayi.
Dan pada saat sibayi sudah
beranjak umur 4 tahun mereka pun pindah rumah dan tepatnya dibelakang rumah
nenek letaknya juga disurau munai, dan mereka pun berladang dan berkebun
dibelakang rumah tersebut namun rumah sibayi pada saat itu adalah rumah papan
yang beratapkan daun salak dan campur daun rotan (lelangkau). Dan saya
diberikan oleh nenek buyut sibayi dua ekor ayam yang jantan dan betina dan al
hasil ayam tersebut berkembang pesat dan Alhamdulillah berhasil untuk dijual
tapi sibayi sayang maka disuruhnya agar jemput lagi ayam sibayi yang dijual ibu
karena sibayi tak mau. Ayam sibayi pada
saat itu mencapai 3 kandang dan itu semua akhirnya setidak tahuannya sibayi
dijual kepasar dan hasilnya di belikan ke baju dan sepatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar